https://about.me/mimirahsi

Suka OXYGEN, Suka KERISPATIH, Suka BOLA, Suka KUCING, Suka ICE CREAM, Suka COKELAT

Kamis, 10 Maret 2011

PAMER AURAT


Diakui atau tidak, manusia modern mulai kehilangan jati dirinya. Hal ini di tandai dengan adanya perilaku “pamer aurat”. Di jalan-jalan remaja sudah tidak risih lagi dengan pakaian ketat dan nyaris terbuka atau rok mini dengan kaos you can see serta jeans bolong dan ketat, dandanan wajah dan potongan rambut yang tidak karuan.

Ironisnya, mode buka-bukaan atau pamer aurat dikatakan seni. Prinsipnya, tubuh wanita itu indah, kenapa harus di tutup-tutupi. Mereka tidak menyadari akibat dari terbukanya aurat wanita. Padahal dalam timbangan hokum Islam, seluruh tubuh wanita adalah aurat yang haram ditampakkan dan haram untuk dilihat.

Khalid bin Abdurrahman Asy-Syayi (2002) merinci bahaya aurat wanita bagi laki-laki: 
  1. Laki-laki akan melalaikan tugas dan kewajiban karena terganggunya oleh penampilan- penampilan seronok dari para wanita yang ia lihat di jalan-jalan, kendaraan-kendaraan, pasar-pasar, dan sebagainya.
  2. Munculnya keinginan untuk melakukan tindak kriminal yang direncanakan. Sebab, secara tidak langsung ia telah mendapat undangan tidak resmi da’I wanita-wanita yang memamerkan tubuhnya.
  3. Luasnya kesempatan untuk mengarahkan pandangan kepada wanita.
  4. Hilangnya nama baik laki-laki jika yang memamerkan perhiasan atau tubuhnya itu ternya isterinya atau anggota keluarganya. Ia akan mendapat celaan dan hinaan dari masyarakat. Lebih parah lagi jika keluar bareng, berarti ia merestui perbuatan tersebut.

Bagi wanita yang dengan sombongnya memamerkan aurat, di ancam dengan siksaan yang pedih:
“Siapapun wanita yang melepaskan pakaiannya (menampakkan auratnya) bukan di rumahnya sendiri, maka Allah akan merobek tirai kehormatannya (tidak ada penyelamat baginya)”. (HR. Ahmad, At-Tabrani dan Al-Hakim).

“Ada dua golongan dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum  yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang di gunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2)Wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surge itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.”(HR. Muslim).

Munculnya kebiasaan pamer aurat ini di sebabkan beberapa factor di bawah ini (Abu Al-Ghifari, 2003):
  1.  Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Factor ini adalah yang paling dominan. Betapa tidak, semenjak menjamurnya televisi dengan persaiangan merebut pemirsa dan di bukanya kran kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan ala Barat menyababkan munculnya peniruan di kalanga generasi muda Islam. Hal ini lebih di perparah lagi dengan menjamurnya rental-rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia mode ala Barat.
  2. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat di kuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Factor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di Negara mayoritas Islam yang seharusnya syari’at Islam di jun jung tinggi, tapi kenyataannya justru di pinggirkan. Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap termasuk cara berpakaian. Tujuan utama di kurangi jam pelajaran agama agar anak lebih menguasai bidang Iptek untuk mengejar ketertinggalan dengan dunia Barat. Namun pada kenyataannya justru lebih hancur karena mental anak didiknya kosong dari nilai-nilai agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih terfokus pada tayangan televisi.
  3. Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya kebiasaan pamer aurat ini secara tidak langsung menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai control terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti pamer aurat ini kini telah merambah juga ke para orang tua dengan dalih yang sama : ikut mode! .
    • Saat ini, rumah kaum muslimin telah bergeser  fungsi dari lembaga pendidikan informal, tempat mendidik putrid-putrinya menjadi anak shaleh, menjadi bioskop, restoran atau hotel. Rumah tak ubahnya seperti bioskop, sekedar tempat nonton, orang tua dan anak-anak sama-sama keranjingan siaran televisi. Rumah juga tak ubahnya sebagai hotel, hanya sekedar tempat tidur dan tak ubahnya restoran hanya sekedar tempat makan. Sementara itu ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya ketika anak keluar rumah, tak ubahnya sosok kuda yang kehilangan kendali.  
  4. Peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip pakaian Islam. Sebagaimana kita maklumi, gairah generasi muda dalam menekuni Islam setelah runtuhnya orde baru cukup signufikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak para perancang yang sesungguhnya tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kemudian di adakn fashion show, di tayangkan di televisi dan dimuat di tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar.
Parahnya, mode itu banyak keluar dari rel Islam, sementara remaja Islam yang minim pengetahuannya tentang pakaian Islam, menganggap bahwa para perancang itu mutlak benar.





Haqani, lukman. 2004. JANGAN KATAKAN CINTA . Bandung : Pustaka Ulumudin.